Blog
Kisah Mas Kelik Setahun di Langkaplancar

Kisah Mas Kelik Setahun di Langkaplancar
Hari ini, setahun yang lalu, pertama kali saya menginjakkan kaki di tatar galuh. Maksud saya, benar-benar mengnjakkan kaki. Bukan sekedar melintas seperti biasanya kalau saya mudik ke Jogja. Hawa panas musim kemarau menyambut saya yang datang dari Bandung dengan berkendara roda dua

Hari ini, setahun yang lalu, pertama kali saya menginjakkan kaki di
tatar galuh. Maksud saya, benar-benar mengnjakkan kaki. Bukan sekedar
melintas seperti biasanya kalau saya mudik ke Jogja. Hawa panas musim
kemarau menyambut saya yang datang dari Bandung dengan berkendara roda
dua. Butuh waktu empat jam perjalanan menunggangi Supra X. Bagi Asep
Wijayanto, kawan seperjalanan, empat jam adalah waktu yang lama.
Biasanya ia hanya membutuhkan waktu tiga jam! Ia memang berasal dari
Purbalingga, Jawa Tengah, jadi sudah terbiasa menempuh perjalanan jauh
dengan motor.


Gedung Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten
Ciamis tujuan awal saya ke Ciamis. Terlambat memang, sudah lama
berkumpul kawan-kawan Fasilitator Kecamatan (FK) lainnya di sana. Tapi,
tak mengapa, perjalanan jauh menjadi alasan kuat. Terlebih sehari
sebelumnya, saya harus mengurus berbagai dokumen yang diperlukan. Saat
itu, kami diberi pengarahan oleh Pak Salim Mughni dari Fasilitator
Kabupaten, Pak Krisna dan Pak Hamim dari Badan KBPM.



Di absennyalah satu persatu kami. Mulai dari nama, alamat, status
hingga penempatan. Pak Krisna terlihat menguasai sekali wilayah Kab.
CIamis. Tentu saja, karena dia Pamong Kab. Ciamis. Kalau dia ditanya
kondisi wilayah Kab. Sukabumi belum tentu dia menguasai. Giliran saya
ditanya, saya jawab, saya Kelik Nursetiyo Widiyanto, asal dari Bandung,
ditugaskan di Kec. Langkaplancar. Dia tersenyum penuh makna.



Sehari sebelumnya, saya mendapat surat tugas dari Provinsi. Di sana
tertera, Nama: Kelik Nursetiyo Widiyanto, Lokasi Tugas: Kec.
Langkaplancar Kab Ciamis. Percaya atau tidak, beberapa waktu
sebelumnya, saya berharap, kalau saya ditugaskan di Ciamis, tidak di
Kec. Langkaplancar. Saya baca di media lokal mengenai kondisi yang
berat saat wakil Gubernur berkunjung ke sana. Di kecamatan ini pula ada
Caleg perempuan yang bunuh diri karena gagal menjadi anggota dewan.
Hingga kini jalan yang dilalui Wakil Gubernur itu tetap sama, berubah
malah menjadi lebih ancur. Saya rasa Gubernur pun mengetahu itu dari
kunjungan terakhirnya. Dan saya kost di sebrang lokasi bunuh diri Caleg
perempuan itu. Sebuah ketidaksengajaan yang menakjubkan.



Dari pusat kabupaten Ciamis, Langkaplancar bisa ditempuh dalam waktu
satu jam setengah. Kalo Pak Ade M. Rochdiat, kawan fasilitator teknik,
bisa satu jam. Waktu pertama kali ke Langkaplancar, kami mengambil rute
Kantor Faskab-Cijeungjing-Bojong-Cimaragas-Cidolog-Langkaplancar.
Sebetulnya ada rute lain melalui Jalan Nasional menuju Kota
Banjar-Pamarican-Cikupa-Karangkamiri-Langkaplancar. Tapi itu lebih jauh.
Bisa juga melalui Kota
Tasikmalaya-Manonjaya-Cineam-Bangbayang-Langkaplancar. Tapi medannya
luar biasa!



Kecamatan Langkaplancar berbatasan di sebelah barat dengan Kecamatan
Cigugur, sebelah Utara Kecamatan Cineam dan Karangjaya (Kab
Tasikmalaya), Sebelah timur dengan Banjarsari, Sebelah selatan dengan
Parigi. Bila kondisi jalan lebih baik, akses ke Pangandaran lebih
dengan melalui Langkaplancar-Cigugur-Parigi-Pangandaran.



Dari situs resmi Kab. Ciamis, luas Kec. Langkaplancar 157.370 KM2.
Bandingkan dengan luas Kota Banjar (113,49 KM2), Kota Cimahi
(40,3645KM2), melihat perbandingan itu saja, dapat dibayangkan betapa
luas Kecamatan ini. Jika Anda berlayar di pantai Pangandaran, bila
melihat gunung dari sana, itu adalah gunung yang ada di Kecamatan ini!
Bentangan dari desa terbarat dengan tertimur mencapai 52 KM! Butuh
waktu dua jam perjalanan dari Desa Jayasari ke Desa Bangunkarya atau
Desa Sukamulya.



Kecamatan Langkaplancar terdiri dari 13 desa. Desa Jayasari, Pangkalan,
Langkaplancar, Bojongkondang, Mekarwangi, Bangunjaya, Cimanggu,
Karangkamiri, Bojong, Jadimulya, Jadikarya, Bangunkarya, dan Sukamulya.
Tahun ini, Desa Cimanggu mengalami pemekaran menjadi dua desa. Hingga
dipastikan tahun depan menjadi 14 Desa.Langkap Lancar



Selama menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia, Langkaplancar
baru dua kali dikunjungi Gubernur Jawa Barat. Aang Kunaefi di dekade
1970-an dan Ahmad Heryawan, Mei lalu. Aang Kunaefi menginjakkan kakinya
ke Langkaplancar dengan mengendarai Helikopter. Sebab, bila melewati
darat, saat itu mungkin mesti ditandu. Medannya belum sebagus sekarang.
Sekarang pun, rombongan Gubernur Ahmad Heryawan mengeluhkan kondis
jalan yang tidak seperti di Bandung. Padahal, kondisi jalan di Bandung,
menurut saya, tak beda jauh dengan Langkaplancar.



Setelah setahun di Langkaplancar, tak ada perbaikan kondisi jalan.
Menurut masyarakat setempat, jalan seperti sekarang ini sudah lumayan.
Menurut saya, luar biasa. Supra X 125 saya sudah harus diganti
tebengnya, roda telah dua kali ganti, rantai satu kali. Itu hasil jatuh
berkali-kali. Tapi saya bersyukur dengan kondisi ini. Saya bisa lebih
melihat dengan mata kepala saya sendiri betapa kayanya negeri ini dan
betapa miskinnya penduduknya.



Kelik Nursetiyo Widiyanto, Penulis adalah Blogger Kompasiana yang bisa menuangkan tulisannya di kompasiana.com/maskelik dan mempersilahkan untuk mengisahkan ulangnya kisahnya di mypangandaran.com




Tags





Berikan Komentar Via Facebook

Blog Lainnya
Video Lainnya
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini