Blog
Cerita Sore Saat Jual Mie Ayam

Cerita Sore Saat Jual Mie Ayam
Saat itu langit Pantai Pangandaran sedikit mendung jelang malam minggu tahun 2001-an, saya masih duduk dikelas 2 sekolah menengah. Seperti biasanya untuk membantu orangtua saya terbiasa untuk berjualan di pinggir pantai,banyak macam barang yang saya jual saat itu.


Kisah ini mungkin sebuah yang mungkin
cerita sederhana, namun bagi saya cerita ini sangat memberikan
inspirasi khususnya bagi kehidupan pribadi.



Saat itu langit
Pantai Pangandaran sedikit mendung jelang malam minggu tahun 2001-an,
saya masih duduk dikelas 2 sekolah menengah. Seperti biasanya untuk
membantu orangtua saya terbiasa untuk berjualan di pinggir
pantai,banyak macam barang yang saya jual saat itu. mulai dari minuman,
rokok,tisu kopi hingga mie ayam yang harus diolah dulu semalaman sebagai persiapan sebelum dihidangkan.



Tidak
seperti biasanya, sabtu sore saya belum dapat uang , bingung memang,
bagaimana tidak, mie ayam yang harus habis saat itu juga belum habis
dan terbanyang berapa bahan mie ayam beserta bumbu-bumbunya yang harus
dimakan sendiri. Saya juga bertanya, kenapa sepi? padahal hari ini
adalah weekend (saat itu belum tau istilah weekend). Akhirnya pasrah
saja sambil berharap malem minggu dan minggu besok dapat uang yang
banyak.



Tak lama kemudian, saya sedikit kaget, entah datang
darimana seorang tamu tau pembeli berpakaian sederhana, usianya sekitar
30 tahunan, Belia sudah duduk dikursi pelanggan yang panjang dan
langsung bilang,



"Mas mie ayamnya masih ada? boleh dibuatkan satu ?" kata Pembeli tadi.



"Oh iya, masih-masih" Jawabku.



Sambil
memasak mie ayam dan menyiapkanya saya melihat orang tadi tengah
membaca buku bacaanku, kebetulan saat itu detik-detik ujian
disekolah,tadi saya paksakan untuk coba membaca saat punya waktu
senggang.



"Mas, Sekolah yah? kelas berapa? ", tanya pembeli tadi.



"Iya, kelas 2 pa" Jawabku.



Sekitar
sejam beliau ngobrol dan sering melempar pertanyaan-pertanyaan yang
secara tidak sengaja saya jawab. Memberikan motivasi dan sebagainya.
Saya mulai curiga, pasti bukan orang sembarangan nih, tapi kenapa
pakainya sangat sederhana dan pembicaraanyapun sopan dan akrab.
Bayangkan hanyamenggunakan pakaian biasa, hanya saja bersih dan enak dipandang.



Tak
lama kemudian datang seseorang dengan pakaian rapih dengan baju
dimasukan kedalam celana panjangnya warna hitam. dan berkata:



"Pa, sudah? kita berangkat sekarang" tanya orang tadi sambil membungkukan badan.



"Mas Berapa semuanya", tanya pembeli sederhana tadi.



"Semunya jadi 3.500 pa",



Uang
100 ribu dikeluarkan sambil bilang , "Nih saya bayar, jangan dikasih
saya kembaliannya yah, pakai sama mas saja karena mas sudah jawab
pertanyaan saya semuanya tadi."



Saya masih bingung, ya sudah,
saya coba bertanya pada orang yang datang belakangan, siapa sebenarnya
orang beliau itu. dan tenyata ia adalah keluarga besar Ali Alatas,
mantan mentri luar negeri.



Subhanallah, luar biasanya, Walaupun bangsawan dan banyak uang tapi tetap sederhana.



Semoga Bermanfaat




Tags





Berikan Komentar Via Facebook

Blog Lainnya
Video Lainnya
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini