Blog
Tempat Wisata Identik Dengan HIV AIDS?

Tempat Wisata Identik Dengan HIV AIDS?
Mungkin tiap orang pernah dengar tentang HIV AIDS, suatu penyakit yang menyerang system imun tubuh manusia. Dan bagaimana penyakit itu membunuh dengan perlahan dari dalam tubuh manusia. Dalam hal ini, saya bukan akan membahas tentang data statistic penyakit tersebut. Tapi bagaimana penyakit itu mengintai kehidupan kita secara perlahan



Mungkin tiap orang pernah dengar
tentang HIV AIDS, suatu penyakit yang menyerang system imun tubuh manusia. Dan
bagaimana penyakit itu membunuh dengan perlahan dari dalam tubuh manusia. Dalam
hal ini, saya bukan akan membahas tentang data statistic penyakit tersebut.
Tapi bagaimana penyakit itu  mengintai
kehidupan kita secara perlahan.


Bukan hal yang aneh atau musykil,
penyebaran penyakit ini lebih “subur” di daerah wisata, karena berbagai macam
dan jenis orang datang ke tempat wisata, dengan berbagai macam tujuan pula.



Tadinya saya fikir, saya bakal jauh
dari yang namanya penyakit ini, yang bahkan ada sebagian orang menyebutnya
penyakit kutukan. Sungguh suatu penyakit yang mematikan. Saya sekarang tinggal
di Bali, suatu tempat wisata yang sudah terkenal sampai ke luar negeri. Saya
tinggal hampir  setahun lebih di Pulau
Dewata ini, dan bertemu dengan berbagai jenis dan karakter orang. Suatu saat saya kerja di
suatu tempat, yang notabene ada beberapa karyawannya dari kalangan Homoseksual. Atau
yang biasa kita bilang Banci, padahal menurut pengakuan mereka, ada perbedaan
antara Homo ( Gay ) dan Banci atau waria. Walaupun pada dasarnya dengan orientasi
sexual yang sama. Kalau Homo (Gay ) mereka tetap berpenampilan Laki-laki,
bahkan kadang “ Manly banget “, tetapi dengan 
berkelakuan / sifat seperti wanita. Sedangkan Banci / waria, mereka
berpenampilan seperti layaknya seorang wanita plus dengan sikap dan sifatnya,
walau ada beberapa dari mereka terkadang berpenampilan Laki-laki.



Karena saya sangat penasaran dengan
kehidupan mereka, saya banyak bertanya. Dan ternyata mereka juga ada punya
‘pacar’. Dan ‘pacar’ mereka adalah laki-laki juga. Untuk lebih mengetahui lebih
jauh, saya mencari tahu apa yang menyebabkan mereka jadi ‘ seperti itu’.  Ada yang gara2 dah bosen sama yang namanya
perempuan ( dan menurut saya itu salah satu alasan yang paling konyol yang
pernah saya dengar ), ada yang meraka pun ngga tahu kenapa mereka jadi seperti
itu. Tapi disamping itu, saya jadi menghargai mereka, karena mereka tidak malu
mengakui, “ Saya Gay lho, atau Saya Banci lho..”. Waktu saya tanya untuk
kedepannya mau seperti apa, mereka bilang, mereka ingin nikah ( dengan
laki-laki tentunya ), dan punya ( adopsi ) anak.



Kehidupan yang mereka jalani sangat
complicated saya fikir. Memenuhi kebutuhan hidup yang lumayan tinggi di Bali,
gaya hidup, dan kebutuhan sexual mereka. Untuk financial mereka kelihatan
stabil. Tapi untuk kebutuhan sexual, mereka mencari di luaran. Dalam arti
mereka “mangkal”. Tuhan !!!!! Saya nggak habis fikir, kenapa mereka mau melakukan
hal itu? Tapi, itu adalah jalan dan pilihan yang mereka pilih, saya cuma bisa
bilang sama mereka, hati-hati! Saya ada bertanya pada mereka, tentang penyakit
kelamin, dan mereka dengan sadar tahu akan resiko yang menanti meraka.



Sampai suatu saat, ada salah satu dari
mereka sakit, dan saya nggak tahu ap alasannya, dia melakukan tes darah untuk
test HIV di salah satu yayasan atau klinik. Dan hasilnya positif. Awalnya saya
nggak tahu, kalau salah satu dari mereka terkena penyakit itu, sampai dia
bilang sama saya, walau pada awalnya nggak bilang langsung, tapi bertanya 
kalau lu tahu penyakit gw, lu nggak bakal ngejauh dari gue kan say???nggak
bakal jijik sama gue???masih mau temenen sama gue kan???
” terus saya jawab
mang kenapa lu???sok mellow banget jadi orang???”
dia bilang “ gue kena AIDS “.
Dan saya Cuma bisa bilang “ oooo…oh my God!!!”. Saya coba buat berekspresi
senormal mungkin, karena nggak mungkin, saya menunjukkan ekspresi saya yang
sebenarnya  takut, ngeri, kasihan.



Setelah saya perhatikan
perkembangan sehari-hari, banyak banget perubahan yang saya lihat dari dia.
Badan makin kurus, mata cekung, ekspresi muka yang kecapekan, dan kulit yang
kuning cenderung menggelap. Tiap minggu dia harus ke klinik untuk mengambil
obat, dan cek kesehatan. Sampai akhirnya saya keluar ( kerja )dari tempat
tersebut. Terakhir saya dengar kabar, salah satu teman lagi ada yang kena
penyakit tersebut. Tuhan!!!! begitu banyak orang yang terkena penyakit itu,
padahal semua orang sudah tahu, bagaimana penyakit tersebut menular. Tapi mungkin,
semakin orang merasa tahu tentang suatu hal, makin ceroboh dia.     



Saya tidak bisa menyalahkan pribadi
atau lingkungan. Semua kembali pada pribadi tersebut. Hidup ini pilihan, dan
kita harus memilih. Dalam hal ini, saya hanya bisa berdoa, semoga teman saya
diberi ketabahan dalam menghadapi cobaan yang ada. Dan kepada semua orang, saya
berharap semoga memilih dengan benar jalan hidup yang akan dijalani.



*) Penulis adalah Warga Pangandaran yang saat ini bermukim di Pulau Bali.




Tags





Berikan Komentar Via Facebook

Blog Lainnya
Video Lainnya
Mau booking hotel, penginapan, travel dan tour? call 0265-639380 atau klik disini